10 Fungsi dan Makna Segehan.
10 fungsi dan makna Segehan.
Tahukah kamu? Para bhuta di nyatakan dalam versi lontar kanda Phat Sari berjumblah 133, sedangkan versi lontar Sundari Siksa berjumblah 1800 bhuta di dunia. Adapun kutipanya berbunyi demikian:"pawilangan kala haneng bhuwana kwehnya siyu domas, yan maring umah séket pat-pat, lwirnya maring purwa pañca tang kala, ring gnéyan kutus tang kala, ring daksina siya, ring nériti tatiga, pascima pitu, ring wayabya siki, ring uttara pat-pat, ring érsanya nem-nem, ring madya kutus, ring lawanging pemesuan siki, ring kiwa tengening pemesuan sama satunggal, pasamodhayanya séket pat-pat "
Terjemahan:
" Dalam perhitungan kala di dunia ini banyaknya 1800, sedangkan di lingkungan rumah 54, yaitu di Timur berjumlah lima, di Tenggara delapan, di Selatan sembilan, di Barat tujuh, di Barat Daya tiga, di Barat Laut satu, di Utara empat, di Timur Laut enam, di Tengah delapan, di pintu masuk pekarangan satu, di kiri kanan pintu masuk pekarangan rumah sama juga berjumlah satu, seluhnya adalah lima puluh empat "
Sekarang mari kita bahas mengenai segehan ini bersama, apakah makna dan fungsinya. Silahkan simak artikel di bawah ini!
1. Pemberian bukan persembahan.
Sering
kali umat Hindu disalah artikan sebagai penyembah setan, hantu, jin
atau sejenisnya dengan memakai segehan. Di kaji dari arti Segehan sama
artinya dengan suguhan atau kata lain memberi sesuatu. Pemberian ini
bukan persembahan. Pemberian untuk yang sederajat atau di bawah kita
misalnya golongan bhuta, sedangkan persembahan untuk Tuhan, Dewata,
Leluhur atau Guru. Tujuan dari pemberian segehan ini untuk keharmonisan.
2. Memberikan perlindungan.
Sering kali kita mendengar
para Pemangku atau tetua orang Bali mengucap kata saat mesegeh “.....Iki
tadah saji nira sega agung iwak ......, ri huwus ta sira amangan
tetadahan saji nira, awya ta sira anyengkalen manusan nira ngastithi
bhakti maring widhi” yang artinya “Ini bagian/makanan untu mu, berupa
segahan agung/besar dengan lauk...., siapakah kamu yang telah selesai
makan pemberian makanan ini, tidak boleh atau tidak berhak mencelakakan
manusia yang berdoa/mendekatkan diri kepada Tuhan”. Hal ini menyatakan
dengan menyertakan segehan dapat menghindarkan diri dari pengaruh mahluk
negatif tanpa harus melawan dengan kekerasan. Selain itu dinyatakan
orang-orang yang mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang Widhi tidak bisa
di ganggu dan di celakakan oleh mereka para mahkluk halus yang jahat.
3. Menenangkan jiwa para buta atau sejenisnya.
Di
kaji dari pujastawa menghaturkan segehan yang salah satunya berbunyi “
Om atma tatwatma suddha mam swaha, swasti swasti sarwa bhuta sukha
pradaana ya namah swaha” yang artinya Tuhan sebagai jiwa yang merupakan
kebenaran jiwa yang suci, semoga demikian, salam salam semua bhuta
berbahagialah dengan pemberian ini, salam hormat, semoga demikian. Dapat
kita ambil hikmah atau pengertian di sini, bahwa umat Hindu Bali
khususnya sangat menghormati setiap jenis ciptaan Tuhan. Mereka selalu
mengusahakan perdamaian dengan setiap mahluk. Para golongan
buta
di ajak juga untuk saling berbahagia dengan hidangan Segehan. Secara
logika jika seseorang merasa senang dan bahagia karena kita, orang tidak
akan melakukan kejahatan kepada kita.
4. Pembangkit energi.
Jika
canang sari dihaturkan diatas atau di pemerajan/pelangkiran maka
segehan di tempatkan di bawahnya. Canang sebagai simbol energi akasa
atau konsep purusa maka segehan adalah energi prakrti/ibu. Di dalam
konsep badan energi prakrti bersifat material dan purusa adalah jiwa
pemberi kehidupan. Jadi alasan kenapa menempatkan segehan salah satunya
untuk mengaktifkan energi yang bersifat material. Salah satu contoh kita
tidak bisa bekerja tanpa badan.
5. Penghubung antar alam/loca.
Jika
canang sari menghubungkan alam ke atas yakni alam yang lebih tinggi
dari alam manusia (bvah loca, svah loca, maha loca, jana loca, tapa loca, dan satya loca). Maka segehan menghubungkan ke sapta patala loca
(tujuh alam Kebawah).
Silahkan Baca Juga: 12 Keunikan Canang Sari
Silahkan Baca Juga: 12 Keunikan Canang Sari
6. Penyeimbang energi .
Ketika
energi prakrti/ibu di aktifkan atau energi shakti (durga) di aktifkan
maka melalui pancaran suci beliau akan menyebabkan energi yang bersifat
negatif tidak lagi mencelakakan. Di dalam segehan ada 3 bahan dalam
pembuatan, yakni bawang merah, jahe, dan garam. Bawang merah sifatnya
dingin, jahe sifatnya panas dan garam sifatnya menetralkan.
7. Mempertahankan energi ruang.
Di
dalam pembagian waktu, umat Hindu membagi waktu menjadi 3 dalam
persembahyangan. Tiga waktu ini yakni pagi, siang, dan sore hari. Jika
segehan di tempatkan di waktu-waktu itu akan sangat berfungsi
mempertahankan energi positif disebuah rumah atau tempat tinggal
seseorang. Di pagi hari sampai siang siang hari, siang hari sampai sore
hari, dan sore sampai keesokan hari.
8. Bentuk caru setiap hari.
Di
dalam bahasa sansekerta Caru memiliki arti menyenangkan, kenyamanan,
atau harmonis. Hal ini selaras dengan tujuan Segehan yakni pencapaian
keharmonisan. Perbedaanya pada skala pembuatan besar dan kecil jenis
upacara. Caru di buat berdasarkan kepentingan waktu, misalnya tiga
bulan, enam bulan dan seterusnya di sebuah tempat atau rumah. Sedangkan Segehan di buat setiap hari untuk mempertahankan energi positif ruang.
9. Mempengaruhi tiga ruang utama.
Kembali mengkaji penempatan Segehan dibagian rumah yang pada intinya ada tiga tempat. Yakni di penataran/pekarangan pemerajan, pekarangan rumah, dan di luar pintu masuk rumah. Sebenarnya apa sih maknaya?, Di halaman pemerajan disebut bhuta bhucari, di halaman rumah di sebut kala bhucari, di luar pekarangan rumah disebut durga bhucari. Di pekarangan pemerajan kita sedang menyelasarkan energi ruang, di halaman rumah kita sedang menyelaraskan energi waktu, dan yang terahir di luar pekarangan menyelaraskan energi runang yang tidak terjangkau. Kenapa demikian? dikaji dari kata yang digunakan bhuta bhucari artinya penghuni ruang, kala bhucari artinya penghuni waktu, durga bhucari artinya penghuni yang jauh/tidak terjangkau.
10. Salah satu ekspresi ilmu tantra.
Ilmu tantra adalah ilmu yang unik di kalangan umat Hindu, pada dasarnya umat Hindu di Bali menggunakan pengetahuain ini secara turun temurun. Segehan merupakan salah satu bentuk ekspresinya. Uniknya segela jenis tindakan pembersihan diri ini di ekspresikan dalam bentuk sesajian atau persembahan. Misalnya di dalam segehan agung terdapat anak ayam. Pembunuhan anak ayam ini merupakan simbol pemotongan egoisme.
Itulah sepuluh fungsi dan makna dari menempatkan Segehan, demikian artikel ini, semoga sahabat Hindu Dharma dapat mengerti dan terpuaskan dengan artikel sederhana kami. Salam damai buat semuanya.
Om shanti, shanti, shanti Om.
Oleh: Tu Agus
Sumber Bacaan:
Lontar Mpu lutuk,
Lontar Kanda pat sari
Lontar Sundari siksa
Lontar Sundarigama,
Veda Sruti,
Kamus Bahasa Sansekerta International,
Komentar
Posting Komentar